Sumatera Barat tidak hanya dikenal dengan alam yang menakjubkan dan kuliner lezat, tetapi juga dengan warisan budaya yang kaya dan unik. Salah satu perayaan yang paling ikonik dan penuh warna di provinsi ini adalah Tabuik. Diadakan setiap tahun di Pariaman, Tabuik adalah sebuah tradisi besar yang memperingati peristiwa bersejarah dalam Islam, yaitu peristiwa Karbala, yang menandai gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali.
Namun, lebih dari sekadar upacara keagamaan, Tabuik telah berkembang menjadi festival budaya yang menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional. Jika Anda berkunjung ke Pariaman pada bulan Muharram, suasana kota akan berubah menjadi meriah dengan prosesi yang megah dan serangkaian kegiatan budaya.
Asal Usul Tabuik
Tabuik berasal dari kata "tabut," yang dalam bahasa Arab berarti peti atau tandu. Tradisi ini diperkenalkan oleh para pendatang dari Timur Tengah pada abad ke-19 ke Pariaman, sebagai bagian dari syi’ah Islam yang memperingati Asyura, peristiwa Karbala. Seiring waktu, Tabuik menjadi bagian dari identitas masyarakat Pariaman dan diadopsi sebagai festival budaya yang kental dengan nilai-nilai tradisional dan kerukunan.
Tabuik: Puncak Perayaan
Puncak dari perayaan Tabuik adalah prosesi mengarak dua bangunan besar berbentuk menara yang disebut tabuik di jalan-jalan kota. Tabuik ini dihias dengan indah, menyerupai kuda bersayap dan kepala manusia, yang konon melambangkan kendaraan mistis yang membawa arwah Husain ke surga. Dengan ketinggian mencapai hingga 12 meter, tabuik diarak oleh masyarakat menuju pantai sambil diiringi oleh tabuhan gendang, suara serunai, dan nyanyian yang menggugah semangat.
Momen paling dinanti adalah saat tabuik dilempar ke laut sebagai simbol pelepasan duka cita dan kesucian. Ini menandakan bahwa arwah Husain telah dilepaskan ke alam baka dengan damai. Prosesi ini bukan hanya sebuah ritual, tetapi juga pameran kekompakan dan solidaritas masyarakat setempat.
Rangkaian Kegiatan Meriah
Tabuik bukan hanya berlangsung dalam satu hari. Kegiatan ini dimulai sejak awal bulan Muharram dengan serangkaian ritual, mulai dari pembuatan tabuik hingga prosesi Maambiak Tanah, yaitu pengambilan tanah dari sungai sebagai simbol persiapan perayaan. Ritual-ritual lainnya seperti Maambiak Batang Pisang dan Arak Jari-Jari juga turut menghidupkan suasana di sepanjang bulan.
Selain prosesi keagamaan, ada banyak kegiatan budaya dan hiburan yang bisa dinikmati. Pasar malam yang penuh dengan pedagang makanan, suvenir, dan kerajinan tangan khas Sumatera Barat menjadi daya tarik tersendiri. Pertunjukan tari tradisional Minangkabau, seni bela diri silek, dan lomba-lomba tradisional juga menambah kemeriahan festival.
Tabuik dan Pariwisata
Perayaan Tabuik kini telah menjadi salah satu daya tarik wisata budaya terbesar di Sumatera Barat. Wisatawan dari berbagai daerah bahkan luar negeri datang untuk menyaksikan kemegahan dan keunikan festival ini. Kehadiran Tabuik di Pariaman bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai cerminan betapa harmonisnya masyarakat Minangkabau dalam merayakan keberagaman.
Pantai Pariaman yang menjadi lokasi akhir prosesi Tabuik juga menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi setelah festival. Keindahan pantainya yang masih asri dan kegiatan wisata lainnya seperti olahraga air, semakin menambah daya tarik Pariaman sebagai destinasi yang kaya akan budaya dan alam. *